KONONNYA...... setelah terlibat dalam urusan kerja yang banyak, Anwar Ibrahim, Najib Razak, Mahathir Mohamad dan Nik Aziz memutuskan untuk bercuti dan melakukan aktiviti riadah bersama. Berburu gajah di Afrika adalah pilihan mereka setelah mencapai kata sepakat.
Menjelang malam, pada hari pertama perburuan, seekor gajah berjaya ditangkap. Oleh kerana jauh dari kem, mereka putuskan untuk mengikat gajah tersebut pada sebatang pohon dan menjaganya secara berganti-ganti sebelum dibawa pulang ke esok hari.
Giliran pertama jatuh pada Najib. Biasalah, taiko mesti kena selalu menjadi yang pertama. Setelah dua jam berjaga, dia membangunkan Mahathir, dan pergi tidur. Mahathir berjaga dua jam, membangunkan Nik Aziz, kemudian tidur. Nik Aziz berjaga dua jam, membangunkan Anwar, kemudian tidur. Melihat semua tidur, Anwar kembali tidur.
Esok harinya, semua bangun dan terkejut melihat gajah sudah tak ada di tempatnya.
“Mana gajah itu?” tanya mereka pada Anwar.
“Gajah apa?” Anwar balik bertanya dengan tanpa perasaan bersalah.
“Apa maksudmu dengan ‘gajah apa’?” mereka mulai marah pada Anwar.
“Bukankah kita ke Afrika berburu gajah?”
“Betul”
“Bukankah kemarin kita berjaya menangkap seekor gajah?”
“Betul”
“Bukankah kita mengikatnya ke sebatang pohon?”
“Betul”
“Bukankah kita sepakat menjaganya bergantian?”
“Betul”
“Bukankah Najib dapat giliran pertama?”
“Betul”
“Bukankah setelah itu dia menyerahkan giliran jaga pada Mahathir?”
“Betul”
“Bukankah Mahathir, setelah berjaga dua jam, lantas menyerahkan gajah itu pada Nik Aziz?”
“Betul”
“Bukankah kemudian Nik Aziz menyerahkan penjagaan gajah itu pada anda?”
“Betul”
“Nah, sekarang mana gajah itu?”
“Gajah apa?”
Dalam bahasa Jawa, sikap semacam itu disebut "ngeyel". Ngeyel itu keras kepala mempertahankan kesalahan. Orang yang dianggap telah melakukan kesalahan dan sudah ditunjukkan kesalahannya, tapi tetap terus berusaha mempertahankannya; itu ngeyel namanya.
Kalau tidak muncul dari sikap yang tolol, sudah pasti sikap ngeyel muncul dari beban kepentingan yang dihadapi. Cuma, yang harus dicatat, ketololan tidak harus dihubungkaitkan dengan taraf pendidikan, keluasan pengetahuan dan seterusnya; tapi mungkin lebih sesuai dikaitkan dengan gangguan emosi.
Dalam medical term, penyakit ni dinamakan "Narcissistic Personality Disorder"
Maksud: Orang macam ni dia hidup dalam dunia Fantasi dia dengan kuasa, kecantikan, kebijaksanaan dan cinta yang ideal yang direka-reka. Dia percaya bahawa dia adalah orang yg istimewa dan unik dan hanya perlu mengaitkan orang2 yang 'khas' saja dengan dirinya, dan mengambil kesempatan daripada orang lain untuk mencapai 'matlamat' dan 'kepuasan' diri mereka. Dia nak semua orang mengakagumi diri dia dengan KEpandaian, KEkacakkan, KEcantikan, KEbijaksanaan bertutur kata, KEaliman, dan semua KE KE yang sewaktu dengannya.
Dan, seperti kita maklum, beban kepentingan sering membuat orang -setinggi apapun tingkat pendidikannya- kehilangan emosionalnya, dan terjerumus dalam gangguan emosi dan ketololan seperti ini.
Di luar itu semua, sangat-sangat jelas bahwa menghadapi orang ngeyel seperti itu kadang -kadang boleh buat kita naik darah. Apalagi bila sikap ngeyel ini dibuat dengan secara nekad oleh pelaku itu. Ini jelas membuat orang yang sangat sabarpun boleh terusik.
Tapi tampaknya itu belumlah semua ceritanya. Gambaran tentang Anwar diatas tidak hanya mendemonstrasikan kengenyelan nya, tapi juga perbuatan yang teramat nekad. Setidak-tidaknya nekad atas ngeyel tanpa dasarnya.
Sekadar catatan: nekad sama sekali tak boleh dimengertikan dengan keberanian, karena nekad itu juga adalah bermaksud keputus-asaan, keberanian atau kegilaan.
Sangatlah jelas bahwa menghadapi orang ngeyel ini kadangkala boleh buat orang naik darah.
Anda pernah ada kawan-kawan yang sebegini?Bayangkan saja bila anda harus berhadapan dengan orang yang perangainya seperti perangai Anwar dalam anekdot(cerpen pendek) diatas: Marah? Sakit hati? Atau kita senyum sahaja?
-Tokei Kedai